![]() |
Suku Banten adalah
orang Sunda yang mendiami bekas daerah kekuasaan Kesultanan Banten di luar
Parahyangan, Cirebon, dan Jakarta. Menurut Sensus Penduduk tahun 2010 oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, suku Banten populasinya 2,1% dari
penduduk Indonesia, atau sekitar 4.657.000 jiwa. Orang Banten menggunakan
bahasa Banten. Bahasa Banten adalah salah satu dialek bahasa Sunda yang lebih
dekat kepada bahasa Sunda kasar.
Etimologi
Kata Banten muncul jauh sebelum berdirinya
Kesultanan Banten. Kata ini digunakan untuk menamai sebuah sungai dan daerah
sekelilingnya, yaitu Cibanten atau sungai Banten. Rujukan tertulis pertama
mengenai Banten dapat ditemukan pada naskah Sunda Kuno Bujangga Manik yang
menyebutkan nama-nama tempat di Banten dan sekitarnya sebagai berikut:
Tanggeran
Labuhan Ratu.
Ti
kaler alas Panyawung,
Tanggeran
na alas Banten.
Itu
ta na gunung (.. .)ler,
Tanggeran
alas Pamekser,
Nu
awas ka Tanjak Barat.
Itu
ta pulo Sanghiang,
Heuleut-heuleut
nusa Lampung,
Ti
timur pulo Tampurung,
Ti
barat pulo Rakata,
Gunung
di tengah sagara.
Itu
ta gunung Jereding,
Tanggeran
na alas Mirah,
Ti
barat na lengkong Gowong.
Itu
ta gunung Sudara,
Na
gunung Guha Bantayan,
Tanggeran
na Hujung Kulan,
Ti
barat bukit Cawiri.
Itu
ta na gunung Raksa,
Gunung
Sri Mahapawitra,
Tanggeran
na Panahitan,
Dataran lebih tinggi yang dilalui sungai ini
disebut Cibanten Girang atau disingkat Banten Girang ("Banten atas").
Berdasarkan riset yang dilakukan di Banten Girang pada tahun 1988 dalam program
Franco-Indonesian excavations, di daerah ini telah ada pemukiman sajak abad ke
11 sampai 12 (saat kerajaan Sunda). Berdasarkan riset ini juga diketahui bahwa
daerah ini berkembang pesat pada abad ke-16 saat Islam masuk pertama kali di
wilayah ini.
Perkembangan pemukiman ini kemudian meluas
atau bergeser ke arah Serang dan ke arah pantai. Pada daerah pantai inilah
kemudian didirikan Kesultanan Banten oleh Sunan Gunung Jati.
Asal usul
Asal usul suku Banten erat kaitannya dengan
sejarah berdirinya Kesultanan Banten, berbeda dengan Suku Cirebon yang bukan
merupakan bagian dari Suku Sunda maupun Suku Jawa (melainkan hasil percampuran
dari dua budaya besar, yaitu Sunda dan Jawa), Suku Banten bersama Urang Kanekes
(Baduy) pada dasarnya adalah sub-etnik dari Suku Sunda yang mendiami bekas
wilayah Kesultanan Banten (wilayah Karesidenan Banten setelah Kesultanan Banten
dihapuskan dan dianeksasi oleh pemerintah Hindia Belanda). Hanya saja setelah
dibentuknya Provinsi Banten, kemudian sebagian orang menerjemahkan Bantenese
sebagai kesatuan etnik dengan budaya dan bahasa tersendiri, Budaya dan Bahasa
Banten.
Adat dan Budaya
Tanah Banten kaya akan adat dan budaya,
salah satu yang dominan adalah adat dan budaya suku Banten yang menjadi
mayoritas di Provinsi Banten.
Bahasa
Orang-orang Banten menggunakan Bahasa Banten
yang masih dikategorikan sebagai Bahasa Sunda bagian barat, yang pada tingkatan
bahasa Sunda modern dikelompokkan sebagai bahasa kasar. Perbedaan tata bahasa
antara Bahasa Banten dan Bahasa Sunda dikarenakan wilayah Banten tidak pernah
menjadi bagian dari Kesultanan Mataram, sehingga tidak mengenal tingkatan halus
dan sangat halus yang diperkenalkan oleh Mataram. Bahasa ini biasa dituturkan
terutama di wilayah Banten bagian selatan, seperti Kabupaten Pandeglang dan
Kabupaten Lebak.
Budaya dan Kesenian
Kekhasan budaya masyarakat Banten antara
lain seni bela diri Pencak Silat, Debus, Rudad, Umbruk, Tari Saman (Dzikir
Saman), Tari Topeng, Dog-dog, Angklung Gubrag, Rampak Bedug, Tari Walijamaliha,
Tari Silat Pandeglang, Palingtung, Lojor, Beluk, dan lainnya. Di samping itu
juga terdapat peninggalan warisan leluhur, antara lain Masjid Agung Banten,
Makam Keramat Panjang, dan masih banyak peninggalan lainnya.
Kuliner
Kuliner khas Banten diantaranya adalah Sate
Bandeng, Rabeg Banten, Pasung Beureum, Ketan Bintul, Nasi Belut, Kue Cucur,
Angeun Lada, Balok Menes, Sate Bebek Cibeber, Emping Menes dan lainnya.
Agama
Secara umum, mereka yang mengaku sebagai
etnis Banten merupakan pemeluk agama Islam yang tidak bisa lepas dari budaya
keislaman yang sangat kental, hal tersebut erat kaitannya dengan sejarah Banten
sebagai salah satu Kerajaan Islam terbesar di pulau Jawa. Selain itu
kesenian-kesenian di Wilayah Banten juga menggambarkan aktivitas keislaman
masyarakatnya, seperti kesenian Rampak Bedug dari Pandeglang. Meskipun begitu,
provinsi Banten merupakan masyarakat multietnis yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dan agama, pemeluk agama lain dari suku-suku pendatang lainnya dapat
hidup berdampingan secara damai di wilayah ini, seperti masyarakat Tionghoa
Benteng di Tangerang, dan Masyarakat adat Baduy (Sunda Wiwitan) di wilayah
Kanekes, Leuwidamar, Lebak.
Batik Banten
75 Ragam Hias Khas Banten Rekontruksi
Arkeologi Nasional
Corak dan motif Batik Banten adalah
iluminasi dari ragam hias yang telah dikaji Pemerintah provinsi Banten dalam
rangka menemukan kembali ornamen motif pada bangunan rumah adat di Banten,
Ragam hias ini hasil ekskavasi yang direkontruksi oleh Arkeologi Nasional dan
Fakultas Sastra Universitas Indonesia sejak tahun 1976. Ragam hias tersebut
telah menjadi keputusan Gubernur Banten Tahun 2003.
Sejak dipatenkan tahun 2003, Batik Banten
telah mengalami proses panjang hingga akhirnya diakui di seluruh dunia. Batik
Banten dipatenkan setelah ada kajian di Malaysia dan Singapura yang diikuti 62
negara dan mendapatkan predikat terbaik sedunia. Bahkan Batik Banten menjadi
batik pertama yang punya hak paten di UNESCO.
Batik Baten memiliki identitas tell story
(motifnya bercerita) dan kekhasan tersendiri ketimbang batik lain. Beberapa
motifnya diadopsi dari benda-benda sejarah (artefak). Di setiap motif terdapat
warna abu-abu yang konon menjadi cermin masyarakat Banten. Semua batiknya
mengandung muatan filosofi.
Nama-nama motif Batik Banten diambil dari
nama toponim desa-desa kuna, nama gelar bangsawan/sultan dan nama tataruang
istana kerajaan Banten. Pada corakpun identik dengan cerita sejarah yang mengandung filosofi (penuh arti) pada
motifnya dengan bermakna intelektual bagi pemakai bahan dan busana Batik
Banten.
Filosofi di Motif Batik Banten
Ragam motif batik Banten yang mengandung
filosofi
Motif
Surosowan: Surosowan adalah nama tata ruang tempat Menghadap
raja/sultan Kesultanan Banten.
Motif
Pasulamam: Pasulaman adalah nama tempat para Pengrajin sulaman di
lingkungan Kesultanan Banten.
Motif
Pasepen: Pasepen adalah nama tempat tata ruang Istana tempat
Sultan Maulana Hasanuddin melakukan meditasi di Kesultanan Banten.
Motif
Sebakingking: Sebakingking adalah nama gelar Panembahan
Sultan Maulana Hasanuddin dalam penyebaran Agama lslam.
Motif
Srimanganti: Srimanganti adalah nama tempat di mana
Selasar yang menghungkan pendopo Kesultanan Banten untuk raja/sultan menanti.
Motif
Pejantren: Pejantren adalah nama tempat para pengrajin tenunan di
wilayah Banten.
Motif
Panjunan: Panjunan adalah nama sebuah perkampungan tempat
pengrajin gerabah dan keramik di wilayah Kesultanan Banten.
Motif
Singayaksa: Singayaksa adalah nama sebuah tempat di mana Sultan
Maulana Hasanuddin Salat Istikharah, memohon petunjuk Allah dalam mendirikan
keraton.
Motif
Wamilahan: Wamilahan adalah nama sebuah perkampungan tempat
pengrajin pembelah bambu dan tikar di lingkungan Istana.
Motif
Panembahan: Panembahan adalah nama Gelar Sultan Maulana Hasanuddin
dalam penataan negara pada kejayaan keraton Kesultanan Banten.
Motif
Pancaniti: Pancaniti adalah nama tempat/bangsal di mana Sultan
Maulana Hasanuddin menyaksikan para prajuritnya berlatih di lapangan.
Motif
Pamaranggen: Pamaranggen adalah nama tempat di mana
para pengrajin dan asesoris keris di lingkungan Kesultanan Banten.
Motif
Langenmaita: Langenmaita adalah nama tempat berlabuhnya
kebahagiaan dalam mengarungi samudra cinta dengan kapal pesiar/dermaga.
Motif
Mandalikan: Mandalikan adalah nama gelar yang diberikan
kepada Pangeran Arya Mandalika dalam penyebaran Agama lslam.
Motif
Memoloan: Memoloan adalah nama sebuah kontruksi bangunan atap
menara mesjid dan pendopo Kesultanan Banten.
Motif
Kesatriaan: Kesatriaan adalah nama Sebuah perkampungan tempat
belajar agama di pesantren lingkungan Kesultanan Banten.
Motif
Kawangsan: Kawangsan adalah nama gelar yang diberikan kepada
Pangeran Wangsa dalam penyebaran Agama lslam.
Motif
Kapurban: Kapurban adalah nama gelar yang diberikan kepada
Pangeran Purba dalam penyebaran Agama Islam.
Motif
Kaibon: Kaibonan adalah nama sebuah bangunan pagar yang
mengelilingi Keraton Istana Banten.
Motif
Datulaya: Datulaya dalah
nama tempat tinggal Sultan Maulana Hasanuddin/tata ruang keluarga di Kesultanan
Banten.

Tokoh-tokoh dari Suku Banten
Berikut adalah tokoh-tokoh terkenal dari
suku Banten:
Sultan-sultan dan tokoh kerajaan Banten lainnya
1. Maulana
Hasanuddin dari Banten - Penguasa Kesultanan Banten pertama
2. Maulana
Muhammad Shafiuddin dari Banten - Sultan Banten terakhir
3. Ratu
Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja - Sultan Banten sekarang
4. Pangeran
Tubagus Angke - Adipati Banten di Jayakarta
5. Pangeran
Purbaya - Pangeran Banten, Putra Sultan Ageng Tirtayasa
6. Ratu
Bagus Buang - Bangsawan Banten, Keluarga Kesultanan Banten
Agamawan
1. Syekh
Nawawi al-Bantani - Ulama, Imam Dua Tanah Suci
2. Syekh
Maulana Mansyuruddin - Ulama
3. Syekh
Abdul Karim al-Bantani - Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah
4. Syekh
Asnawi al-Bantani - Ulama
5. Syekh
Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri (Mama Sempur) - Ulama
6. Syekh
Arsyad Thawil al-Bantani - Ulama, Tokoh Pejuang Geger Cilegon 1888
7. K.H.
Abuya Dimyathi al-Bantani - Ulama
8. K.H.
Abuya Sanja (Mama Sanja) - Ulama
9. K.H.
Abuya Muhtadi Dimyathi al-Bantani - Ulama
10. K.H.
Tubagus Muhammad Falak Abbas - Ulama, Perintis NU Bogor
11. K.H.
Ma'ruf Amin - Ulama, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia,
Ketua Umum MUI, Rais 'Aam PBNU
Pahlawan nasional dan tokoh pejuang lainnya
1. Ageng
Tirtayasa dari Banten - Sultan Banten, Pahlawan Nasional
2. Syafruddin
Prawiranegara - Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia, Pahlawan Nasional
3. K.H.
Tubagus Ahmad Chatib al-Bantani[22] - Ulama, Tokoh Pejuang Kemerdekaan
Indonesia
4. K.H.
Syam'un - Ulama, Brigadir Jenderal TNI, Tokoh Pejuang Kemerdekaan Indonesia
5. Nyimas
Gamparan - Tokoh Pejuang Wanita
6. Nyimas
Melati - Tokoh Pejuang Wanita
7. Ki
Tubagus Ismail - Tokoh Pejuang pada Geger Cilegon 1888
8. Ki
Wasyid - Tokoh Pejuang pada Geger Cilegon 1888
Politisi, negarawan, tokoh militer dan lain sebagainya[sunting |
sunting sumber]
1. Achmad
Djajadiningrat - Anggota Volksraad pada masa Hindia Belanda
2. Hussein
Jayadiningrat - Anggota BPUPKI, Profesor pertama Pribumi Indonesia
3. K.H.
Abdul Fatah Hasan - Anggota BPUPKI
4. Maria
Ulfah Santoso - Anggota BPUPKI, Menteri Indonesia
5. Embay
Mulya Syarief - Politikus, Pengusaha
6. Taufiequrachman
Ruki - Inspektur Jenderal Polisi, Ketua KPK pertama
7. Tubagus
Hasanuddin - Mayor Jenderal TNI, Politikus
8. H.
Tubagus Anis Angkawijaya - Inspektur Jenderal Polisi
9. Ir.
Tubagus Rizon Sofhani - Politikus
10. Mulyadi
Jayabaya - Bupati Lebak, Pengusaha
11. Ratu
Atut Chosiyah - Gubernur Banten
12. Wahidin
Halim - Politikus
13. Andika
Hazrumy - Politikus
14. Tubagus
Dedi Gumelar - Politikus, Pelawak
Aktor, aktris, penyanyi, dan lain sebagainya[sunting | sunting
sumber]
1. Tubagus
Tema Mursadat - Pesebak bola
2. Tubagus
Indra - Aktor
3. Adi
Bing Slamet - Penyanyi, Aktor
4. Bing
Slamet - Pelawak, Aktor, Penyanyi, Pencipta lagu
5. Ratu
Felisha - Aktris
6. Tubagus
Ali Akbar - Aktor, Penyanyi
7. Tubagus
Armand Maulana - Penyanyi, Penulis lagu
8. Slamet
Rahardjo - Aktor
9. Misbach
Yusa Biran - Sutradara
Post a Comment