Suku Banten

Wednesday, September 20, 20170 comments


Suku Banten adalah orang Sunda yang mendiami bekas daerah kekuasaan Kesultanan Banten di luar Parahyangan, Cirebon, dan Jakarta. Menurut Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, suku Banten populasinya 2,1% dari penduduk Indonesia, atau sekitar 4.657.000 jiwa. Orang Banten menggunakan bahasa Banten. Bahasa Banten adalah salah satu dialek bahasa Sunda yang lebih dekat kepada bahasa Sunda kasar.

Etimologi
Kata Banten muncul jauh sebelum berdirinya Kesultanan Banten. Kata ini digunakan untuk menamai sebuah sungai dan daerah sekelilingnya, yaitu Cibanten atau sungai Banten. Rujukan tertulis pertama mengenai Banten dapat ditemukan pada naskah Sunda Kuno Bujangga Manik yang menyebutkan nama-nama tempat di Banten dan sekitarnya sebagai berikut:

Tanggeran Labuhan Ratu.
Ti kaler alas Panyawung,
Tanggeran na alas Banten.

Itu ta na gunung (.. .)ler,
Tanggeran alas Pamekser,
Nu awas ka Tanjak Barat.
Itu ta pulo Sanghiang,
Heuleut-heuleut nusa Lampung,

Ti timur pulo Tampurung,
Ti barat pulo Rakata,
Gunung di tengah sagara.
Itu ta gunung Jereding,
Tanggeran na alas Mirah,

Ti barat na lengkong Gowong.
Itu ta gunung Sudara,
Na gunung Guha Bantayan,
Tanggeran na Hujung Kulan,
Ti barat bukit Cawiri.

Itu ta na gunung Raksa,
Gunung Sri Mahapawitra,
Tanggeran na Panahitan,

Dataran lebih tinggi yang dilalui sungai ini disebut Cibanten Girang atau disingkat Banten Girang ("Banten atas"). Berdasarkan riset yang dilakukan di Banten Girang pada tahun 1988 dalam program Franco-Indonesian excavations, di daerah ini telah ada pemukiman sajak abad ke 11 sampai 12 (saat kerajaan Sunda). Berdasarkan riset ini juga diketahui bahwa daerah ini berkembang pesat pada abad ke-16 saat Islam masuk pertama kali di wilayah ini.

Perkembangan pemukiman ini kemudian meluas atau bergeser ke arah Serang dan ke arah pantai. Pada daerah pantai inilah kemudian didirikan Kesultanan Banten oleh Sunan Gunung Jati.

Asal usul
Asal usul suku Banten erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Kesultanan Banten, berbeda dengan Suku Cirebon yang bukan merupakan bagian dari Suku Sunda maupun Suku Jawa (melainkan hasil percampuran dari dua budaya besar, yaitu Sunda dan Jawa), Suku Banten bersama Urang Kanekes (Baduy) pada dasarnya adalah sub-etnik dari Suku Sunda yang mendiami bekas wilayah Kesultanan Banten (wilayah Karesidenan Banten setelah Kesultanan Banten dihapuskan dan dianeksasi oleh pemerintah Hindia Belanda). Hanya saja setelah dibentuknya Provinsi Banten, kemudian sebagian orang menerjemahkan Bantenese sebagai kesatuan etnik dengan budaya dan bahasa tersendiri, Budaya dan Bahasa Banten.

Adat dan Budaya
Tanah Banten kaya akan adat dan budaya, salah satu yang dominan adalah adat dan budaya suku Banten yang menjadi mayoritas di Provinsi Banten.

Bahasa
Orang-orang Banten menggunakan Bahasa Banten yang masih dikategorikan sebagai Bahasa Sunda bagian barat, yang pada tingkatan bahasa Sunda modern dikelompokkan sebagai bahasa kasar. Perbedaan tata bahasa antara Bahasa Banten dan Bahasa Sunda dikarenakan wilayah Banten tidak pernah menjadi bagian dari Kesultanan Mataram, sehingga tidak mengenal tingkatan halus dan sangat halus yang diperkenalkan oleh Mataram. Bahasa ini biasa dituturkan terutama di wilayah Banten bagian selatan, seperti Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.

Budaya dan Kesenian
Kekhasan budaya masyarakat Banten antara lain seni bela diri Pencak Silat, Debus, Rudad, Umbruk, Tari Saman (Dzikir Saman), Tari Topeng, Dog-dog, Angklung Gubrag, Rampak Bedug, Tari Walijamaliha, Tari Silat Pandeglang, Palingtung, Lojor, Beluk, dan lainnya. Di samping itu juga terdapat peninggalan warisan leluhur, antara lain Masjid Agung Banten, Makam Keramat Panjang, dan masih banyak peninggalan lainnya.

Kuliner
Kuliner khas Banten diantaranya adalah Sate Bandeng, Rabeg Banten, Pasung Beureum, Ketan Bintul, Nasi Belut, Kue Cucur, Angeun Lada, Balok Menes, Sate Bebek Cibeber, Emping Menes dan lainnya.

Agama
Secara umum, mereka yang mengaku sebagai etnis Banten merupakan pemeluk agama Islam yang tidak bisa lepas dari budaya keislaman yang sangat kental, hal tersebut erat kaitannya dengan sejarah Banten sebagai salah satu Kerajaan Islam terbesar di pulau Jawa. Selain itu kesenian-kesenian di Wilayah Banten juga menggambarkan aktivitas keislaman masyarakatnya, seperti kesenian Rampak Bedug dari Pandeglang. Meskipun begitu, provinsi Banten merupakan masyarakat multietnis yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama, pemeluk agama lain dari suku-suku pendatang lainnya dapat hidup berdampingan secara damai di wilayah ini, seperti masyarakat Tionghoa Benteng di Tangerang, dan Masyarakat adat Baduy (Sunda Wiwitan) di wilayah Kanekes, Leuwidamar, Lebak.

Batik Banten
75 Ragam Hias Khas Banten Rekontruksi Arkeologi Nasional
Corak dan motif Batik Banten adalah iluminasi dari ragam hias yang telah dikaji Pemerintah provinsi Banten dalam rangka menemukan kembali ornamen motif pada bangunan rumah adat di Banten, Ragam hias ini hasil ekskavasi yang direkontruksi oleh Arkeologi Nasional dan Fakultas Sastra Universitas Indonesia sejak tahun 1976. Ragam hias tersebut telah menjadi keputusan Gubernur Banten Tahun 2003.

Sejak dipatenkan tahun 2003, Batik Banten telah mengalami proses panjang hingga akhirnya diakui di seluruh dunia. Batik Banten dipatenkan setelah ada kajian di Malaysia dan Singapura yang diikuti 62 negara dan mendapatkan predikat terbaik sedunia. Bahkan Batik Banten menjadi batik pertama yang punya hak paten di UNESCO.

Batik Baten memiliki identitas tell story (motifnya bercerita) dan kekhasan tersendiri ketimbang batik lain. Beberapa motifnya diadopsi dari benda-benda sejarah (artefak). Di setiap motif terdapat warna abu-abu yang konon menjadi cermin masyarakat Banten. Semua batiknya mengandung muatan filosofi.

Nama-nama motif Batik Banten diambil dari nama toponim desa-desa kuna, nama gelar bangsawan/sultan dan nama tataruang istana kerajaan Banten. Pada corakpun identik dengan cerita sejarah yang  mengandung filosofi (penuh arti) pada motifnya dengan bermakna intelektual bagi pemakai bahan dan busana Batik Banten.

Filosofi di Motif Batik Banten
Ragam motif batik Banten yang mengandung filosofi
Motif Surosowan: Surosowan adalah nama tata ruang tempat Menghadap raja/sultan Kesultanan Banten.
Motif Pasulamam: Pasulaman adalah nama tempat para Pengrajin sulaman di lingkungan Kesultanan Banten.
Motif Pasepen: Pasepen adalah nama tempat tata ruang Istana tempat Sultan Maulana Hasanuddin melakukan meditasi di Kesultanan Banten.
Motif Sebakingking: Sebakingking adalah nama gelar Panembahan Sultan Maulana Hasanuddin dalam penyebaran Agama lslam.
Motif Srimanganti: Srimanganti adalah nama tempat di mana Selasar yang menghungkan pendopo Kesultanan Banten untuk raja/sultan menanti.
Motif Pejantren: Pejantren adalah nama tempat para pengrajin tenunan di wilayah Banten.
Motif Panjunan: Panjunan adalah nama sebuah perkampungan tempat pengrajin gerabah dan keramik di wilayah Kesultanan Banten.
Motif Singayaksa: Singayaksa adalah nama sebuah tempat di mana Sultan Maulana Hasanuddin Salat Istikharah, memohon petunjuk Allah dalam mendirikan keraton.
Motif Wamilahan: Wamilahan adalah nama sebuah perkampungan tempat pengrajin pembelah bambu dan tikar di lingkungan Istana.
Motif Panembahan: Panembahan adalah nama Gelar Sultan Maulana Hasanuddin dalam penataan negara pada kejayaan keraton Kesultanan Banten.
Motif Pancaniti: Pancaniti adalah nama tempat/bangsal di mana Sultan Maulana Hasanuddin menyaksikan para prajuritnya berlatih di lapangan.
Motif Pamaranggen: Pamaranggen adalah nama tempat di mana para pengrajin dan asesoris keris di lingkungan Kesultanan Banten.
Motif Langenmaita: Langenmaita adalah nama tempat berlabuhnya kebahagiaan dalam mengarungi samudra cinta dengan kapal pesiar/dermaga.
Motif Mandalikan: Mandalikan adalah nama gelar yang diberikan kepada Pangeran Arya Mandalika dalam penyebaran Agama lslam.
Motif Memoloan: Memoloan adalah nama sebuah kontruksi bangunan atap menara mesjid dan pendopo Kesultanan Banten.
Motif Kesatriaan: Kesatriaan adalah nama Sebuah perkampungan tempat belajar agama di pesantren lingkungan Kesultanan Banten.
Motif Kawangsan: Kawangsan adalah nama gelar yang diberikan kepada Pangeran Wangsa dalam penyebaran Agama lslam.
Motif Kapurban: Kapurban adalah nama gelar yang diberikan kepada Pangeran Purba dalam penyebaran Agama Islam.
Motif Kaibon: Kaibonan adalah nama sebuah bangunan pagar yang mengelilingi Keraton Istana Banten.
Motif Datulaya: Datulaya  dalah nama tempat tinggal Sultan Maulana Hasanuddin/tata ruang keluarga di Kesultanan Banten.
 


Tokoh-tokoh dari Suku Banten
Berikut adalah tokoh-tokoh terkenal dari suku Banten:

Sultan-sultan dan tokoh kerajaan Banten lainnya
1.      Maulana Hasanuddin dari Banten - Penguasa Kesultanan Banten pertama
2.      Maulana Muhammad Shafiuddin dari Banten - Sultan Banten terakhir
3.      Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja - Sultan Banten sekarang
4.      Pangeran Tubagus Angke - Adipati Banten di Jayakarta
5.      Pangeran Purbaya - Pangeran Banten, Putra Sultan Ageng Tirtayasa
6.      Ratu Bagus Buang - Bangsawan Banten, Keluarga Kesultanan Banten

Agamawan
1.      Syekh Nawawi al-Bantani - Ulama, Imam Dua Tanah Suci
2.      Syekh Maulana Mansyuruddin - Ulama
3.      Syekh Abdul Karim al-Bantani - Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah
4.      Syekh Asnawi al-Bantani - Ulama
5.      Syekh Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri (Mama Sempur) - Ulama
6.      Syekh Arsyad Thawil al-Bantani - Ulama, Tokoh Pejuang Geger Cilegon 1888
7.      K.H. Abuya Dimyathi al-Bantani - Ulama
8.      K.H. Abuya Sanja (Mama Sanja) - Ulama
9.      K.H. Abuya Muhtadi Dimyathi al-Bantani - Ulama
10.    K.H. Tubagus Muhammad Falak Abbas - Ulama, Perintis NU Bogor
11.    K.H. Ma'ruf Amin - Ulama, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia, Ketua Umum MUI, Rais 'Aam PBNU

Pahlawan nasional dan tokoh pejuang lainnya
1.      Ageng Tirtayasa dari Banten - Sultan Banten, Pahlawan Nasional
2.      Syafruddin Prawiranegara - Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia, Pahlawan Nasional
3.      K.H. Tubagus Ahmad Chatib al-Bantani[22] - Ulama, Tokoh Pejuang Kemerdekaan Indonesia
4.      K.H. Syam'un - Ulama, Brigadir Jenderal TNI, Tokoh Pejuang Kemerdekaan Indonesia
5.      Nyimas Gamparan - Tokoh Pejuang Wanita
6.      Nyimas Melati - Tokoh Pejuang Wanita
7.      Ki Tubagus Ismail - Tokoh Pejuang pada Geger Cilegon 1888
8.      Ki Wasyid - Tokoh Pejuang pada Geger Cilegon 1888

Politisi, negarawan, tokoh militer dan lain sebagainya[sunting | sunting sumber]
1.      Achmad Djajadiningrat - Anggota Volksraad pada masa Hindia Belanda
2.      Hussein Jayadiningrat - Anggota BPUPKI, Profesor pertama Pribumi Indonesia
3.      K.H. Abdul Fatah Hasan - Anggota BPUPKI
4.      Maria Ulfah Santoso - Anggota BPUPKI, Menteri Indonesia
5.      Embay Mulya Syarief - Politikus, Pengusaha
6.      Taufiequrachman Ruki - Inspektur Jenderal Polisi, Ketua KPK pertama
7.      Tubagus Hasanuddin - Mayor Jenderal TNI, Politikus
8.      H. Tubagus Anis Angkawijaya - Inspektur Jenderal Polisi
9.      Ir. Tubagus Rizon Sofhani - Politikus
10.    Mulyadi Jayabaya - Bupati Lebak, Pengusaha
11.    Ratu Atut Chosiyah - Gubernur Banten
12.    Wahidin Halim - Politikus
13.    Andika Hazrumy - Politikus
14.    Tubagus Dedi Gumelar - Politikus, Pelawak

Aktor, aktris, penyanyi, dan lain sebagainya[sunting | sunting sumber]
1.      Tubagus Tema Mursadat - Pesebak bola
2.      Tubagus Indra - Aktor
3.      Adi Bing Slamet - Penyanyi, Aktor
4.      Bing Slamet - Pelawak, Aktor, Penyanyi, Pencipta lagu
5.      Ratu Felisha - Aktris
6.      Tubagus Ali Akbar - Aktor, Penyanyi
7.      Tubagus Armand Maulana - Penyanyi, Penulis lagu
8.      Slamet Rahardjo - Aktor
9.      Misbach Yusa Biran - Sutradara
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | C. Sukandi Ms Sy | Galeri Banten
Copyright © 2017. Galeri Banten - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Galeri Banten
Proudly powered by Blogger